Dalam dunia pendidikan, kemampuan pondasi anak usia dini merupakan kunci untuk membangun generasi penerus yang cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Sayangnya, selama bertahun-tahun, fokus utama banyak pihak sering terbatas pada kemampuan membaca, menulis, dan menghitung (calistung). Padahal, ada banyak nilai dan keterampilan penting lainnya yang harus diajarkan kepada anak sejak dini.
Kemendikbud Ristek telah mengidentifikasi enam aspek kemampuan pondasi yang harus ditanamkan pada anak-anak untuk mempermudah transisi dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) kelas awal. Enam kemampuan pondasi tersebut adalah:
1. Mengenal nilai agama dan budi pekerti, agar anak memiliki landasan moral yang kokoh.
2. Keterampilan sosial dan bahasa, untuk berintegrasi dengan lingkungan.
3. Kematangan emosi, agar anak mampu beradaptasi dalam suasana belajar.
4. Kematangan kognitif, untuk mendukung kegiatan belajar yang lebih terstruktur.
5. Keterampilan motorik dan perawatan diri, agar anak dapat mandiri.
6. Pemaknaan belajar sebagai hal yang menyenangkan, sehingga anak selalu antusias untuk belajar.
Transformasi Pendidikan: Transisi yang Menyenangkan
Saat ini, Kemendikbud Ristek tengah mendorong gerakan “transisi menyenangkan” dalam sistem pendidikan. Langkah ini bertujuan menghapuskan tes calistung dari proses penerimaan siswa baru di SD. Sebagai gantinya, periode transisi yang menyenangkan diusulkan dengan langkah-langkah berikut:
– Menghapus tes calistung sebagai syarat masuk SD.
– Memberikan masa perkenalan di minggu pertama masuk sekolah, termasuk pengenalan lingkungan dan kegiatan asesmen awal selama 4-6 hari.
– Menerapkan pembelajaran berbasis pengembangan enam kemampuan pondasi.
Langkah ini bertujuan mengubah persepsi anak bahwa sekolah tidak hanya tentang belajar calistung, tetapi juga tentang belajar nilai, keterampilan, dan kebahagiaan.
Mengapa Calistung Bukan Segalanya?
Meski calistung tetap penting, keterampilan ini sebaiknya diajarkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kesiapan anak. Dalam pengajaran calistung, pendidik harus memahami bahwa setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda. Fokus pada kemampuan pondasi lainnya—seperti nilai agama, motorik, atau keterampilan sosial—tidak hanya memperkaya pengalaman belajar anak, tetapi juga meningkatkan kesiapan mereka untuk memahami calistung secara alami.
Kesiapan Guru: Pilar Utama Suksesnya Pembelajaran
Untuk memastikan keberhasilan pembelajaran kemampuan pondasi, guru memegang peranan penting. Berikut beberapa keterampilan yang perlu dimiliki guru:
1. Memahami konsep kemampuan pondasi dan bagaimana membangunnya.
2. Merancang asesmen awal dan pembelajaran berbasis observasi tanpa tekanan ujian formal.
3. Melaksanakan pembelajaran yang efektif dengan menggabungkan permainan dan aktivitas kreatif.
Mengembangkan kemampuan pondasi anak adalah investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Melalui pendekatan yang menyenangkan dan berfokus pada berbagai aspek, anak-anak dapat belajar dengan bahagia dan tumbuh menjadi pribadi yang unggul, baik secara intelektual maupun emosional. Sebagai pendidik, orang tua, atau masyarakat, kita harus mendukung transformasi pendidikan ini demi mencetak generasi yang lebih baik.
Mari kita bersama menciptakan dunia pendidikan yang ramah anak dan berorientasi pada pengembangan diri secara holistik!
Siti Azizah
SD Negeri Panaruban